Senin, 27 Maret 2017

Makalah Perbedaan Imam Madzhab dalam Masalah Puasa



                       PERBEDAAN PENDAPAT PARA IMAM MADZHAB DALAM MASALAH PUASA
 MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Madzhab

Dosen Pengampu:
Erfan Efendi, M.Pd.I
 










Di susun Oleh Kelompok 3 :
1.      Nurul Fajar Hidayat                      (084141402)
2.      Camelia Ambarwati                      (084141380)
3.      Ria Siti Rahayu                             (084141398)
4.      Muhdholifah                                 (084141417)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Maret, 2016




KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perbedaan Pendapat Para Imam Madzhab dalam Masalah Puasa”.
 Semoga kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang jelas membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Saya ucapkan syukur “Alhamdulillahirobbil alamin” berkat kehendak Allah makalah saya bisa terselesaikan.
2.      Erfan Efendi. M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Madzhab di kampus IAIN Jember.
3.      Semua teman-teman kelas A9 IAIN Jember yang telah menjadi penyemangat saya untuk membuat makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulis makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahanya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan bisa diperbaiki.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
                                                                                    Jember, 10 Maret 2017
                                                                                                     Penulis




DAFTAR ISI

JUDULi
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN1
A.    Latar Belakang1
B.     Rumusan Masalah1
C.     Fokus Penulisan1
BAB II PEMBAHASAN2
A.    Konsep Puasa2
1.      Pengertian Puasa2
2.      Syarat dan Hukumnya Puasa2
3.      Rukun Puasa4
4.      Hal-hal yang membatalkan puasa5
B.     Perbandingan Madzhabnya dalam Masalah Puasa5
1.      Rukun Puasa5
2.      Syarat Sah Puasa6
3.      Hal-hal yang membatalkan puasa7
BAB III PENUTUP9
A.    Kesimpulan9
B.     Saran9
DAFTAR PUSTAKA10






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga yang harus dilaksanakan oleh umat Muslim.  Puasa sendiri merupakan menahan diri makan dan minum serta melakukan hubungan intim bagi suami dan istri.  Dalam melaksanakan puasa sendiri terdapat syarat wajib dan syarat sah dalam berpuasa untuk menjadi pedoman umat Muslim dalam beribadah.
Puasa yang terpenting adalah menjalankan rukunnya, yaitu niat.  Dengan adanya niat inilah puasa akan bisa berjalan dengan khusuk dan tenang.  Walaupun banyaknya perbedaan pendapat tentang rukun puasa disini, umat Islam tetap harus memilih satu dari madzhab yang ia yakini.
Perbedaan empat madzhab dalam urusan ibadah puasa memang seringkali menjadi dilema umat Muslim. Terkadang mereka seringkali mencampur adukan beberapa madzhab dalam satu ibadah yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh ulama.
Maka dari itu, dari penjelasan di atas kelompok kami akan membahas tentang “Perbedaan Pendapat Para Imam Madzhab Dalam Masalah Puasa” dengan rumusan masalah yaitu tentang konsep puasa dan perbandingan madzhab dalam masalahn puasa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah konsep dari puasa?
2.      Bagaimana perbandingan madzhab dalam masalahn puasa?

C.    Fokus Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep dari puasa.
2.      Untuk mengetahui perbandingan madzhab dalam masalahn puasa.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Puasa
1.      Pengertian Puasa
Puasa memiliki pengertian sebagai suatu ibadah untuk menahan diri dari makan, minum serta melakukan hubungan intim bagi suami dan istri. Ibadah puasa ini dimulai dari terbitnya matahari sampai terbenmnya matahari.[1]  Puasa terbagi menjadi dua jenis : puasa sunnah dan puasa wajib.[2]  Arti puasa dalam bahasa Arab disebut Shiyam atau Shaum secara bahasa berarti “menahan diri” (berpantang) dari suatu perbuatan.  Puasa merupkan rukun Islam yang ketiga, yang harus dilaksanakan oleh umat Muslim.
2.      Syarat dan Hukumnya Puasa
Adapun syarat wajib berpuasa diantara lain, ialah:
a)      Berakal
b)      Balig
c)      Kuat berpuasa
Adapun syarat sah berpuasa diantara lain, ialah:
a)      Islam
b)      Mumayiz
c)      Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan)
d)     Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya.
Beberapa hukum dari syarat berpuasa yaitu:
a)       
رَفِعَ اَلْقَلَمُ عَنِ ثَلَاثٍ عَنِ النَّا ءِمِ حَتَّي يَسْتَيْقِظُ وَعَنْ المَجْنُوْنِ حَتَّي يَفِيْقَ وَعَنِ الصَّبِي حَتَّي يَبْلُغَ.  روه ابو دود والنسا ئ
Artinya: “Tiga orang terlepasdari hukum: (a) orang yang sedang tidur hingga ia bangun, (b) orang gila sampai ia sembuh, (c) kanak-kanak sampai ia balig.” (Riwayat Abu Dawud dan Nasai)
b)     
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(185)
Artinya: “Barang siapa sakit atau sedang dalam perjalan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.  Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ(184)
Artinya: “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): member makan seorang miskin.” (Al-Baqarah: 184)
c)       
عَنْ عَا ئِشَةَ كُنَّا نُؤْ مَرُ بِقَضَاءٍ الصَّوْمِ وَالَا نُؤْ مَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاِة. رواه البخارى
Artinya: “Aisyah, ia berkata, “ kami disuruh oleh Rsulullah Saw mengqada puasa, dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat.” (Riwayat Bukhari)
d)      
عَنْ اَنَسٍ اَ نَّالنَّبِيَّ صَلَى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَهَي عَنْ صَوْمِ خَمْسَةِ اَيَّامٍفِيْ السَّنَةِ يَوْمِ الفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ وَثَلَا ثَةِ اَيَّا مِ التَّشْرِ يْقِ.  رواه الدار قطني
Artinya: “Dari Anas, “Nabi Saw, telah melarang berpuasa lima hari hari dalam satu tahun: (a) Hari Raya Idul, (b) Hari Raya Haji (c) Tiga hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 bulan Haji).” (Riwayat Daruqutni)
3.      Rukun Puasa
Rukun puasa diantaranya ialah:
a)      Niat
Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadan.  Yang dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.  Serta niat itu bersumber dari lubuk hati orang yang akan berpuasa.[3]
Sabda Rasulullah Saw:
Artinya: “Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tiada puasa baginya.” (Riwayat Lima Orang Ahli Hadis).
Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke barat).
Artinya: “Pada suatu hari Rasulullah Saw, datang (ke rumah saya).  Beliau bertanya, Adakah makanan padamu? Saya menjawab, tidak ada apa-apa. ‘kalau baegitu baiklah, sekarang saya puasa.’Kemudian pada hari lain beliau datang pula.  Lalu kami berkata, ‘Ya, Rasulullah, kita telah diberi hadiah kue Haisun.’ Beliau berkata, ‘Mana kue itu? Sebenarnya saya dari pagi puasa.’ Lalu beliau makan kue itu.’ (Riwayat Jama’ah Ahli Hadis, Kecuali Bukhari).
b)      Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.[4]

4.      Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
Hal-hal yang membatalkan puasa, terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a)      Yang mewajibkan qada dan kifarat.
b)      Yang mewajibkan qada tetapi tidak mewajibkan kifarat.[5]
c)      Yang tidak mewajibkan keduanya (qada dan kifarat).

B.     Perbandingan Madzhabnya dalam Masalah Puasa
1.      Rukun Puasa[6]

No
Rukun Puasa
Madzhab Maliki
Madzhab Hanafi
Madzhab Hambali
Madzhab Safi’i
1
Niat
Puasa wajib:
Dilakukan antara terbenamnya matahari hingga waktu fajar kedua (fajar sadiq) dan hanya cukup satu kali niat saja yaitu pada awal malam Ramadhan pertama.
Dalam berniat  puasa maka wajib diucapkan, misanya ini puasa Ramadhan atau puasa sunnah.[7]
Puasa wajib:
Niat pada malam hari atau sampai matahari condong ke barat.
Dalam berniat puasa tidak wajib untuk diuacapkan.
Puasa wajib:
Dilakukan antara terbenamnya matahari hingga waktu fajar kedua (fajar sadiq).
Dalam berniat  puasa maka wajib diucapkan, misanya ini puasa Ramadhan atau puasa sunnah.
Puasa wajib: Dilakukan antara terbenamnya matahari hingga waktu fajar kedua (fajar sadiq).
Dalam berniat  puasa wajib maka diucapkan, misanya ini puasa Ramadhan atau puasa sunnah.



2.      Syarat sah puasa
No
Madzhab Maliki
Madzhab Hanafi
Madzhab Hambali
Madzhab Safi’i
1
Niat
Niat
Niat
Niat
2
Islam
Islam
Islam
Islam
3
_
_
_
Berakal
4
Suci dari haid dan nifas
Suci dari haid dan nifas
Suci dari haid dan nifas
Suci dari haid dan nifas


3.      Hal-hal yang membatalkan puasa
Madzhab
Wajib Qada dan Kifarat
Wajib Qada dan Tidak Kifarat
Tidak Qada dan Tidak Kifarat
Maliki
a)      Melakukan berhubungan intim.
b)      Muntah dengan sengaja.
c)      Masuknya cairan melalui tenggorokan, mata, telinga dan hidung.
d)     Makan dengan sengaja.
Sakit.
a)      Muntah dengan sengaja.
b)      Masukan sesuatu lewat tenggorokan.

Hanafi
a)      Menjamah makan dan minum tanpa uzur syar’i.
b)      Melakukan berhubungan intim.
c)      Bepergian dan sakit.[8]
Memenuhi nafsu birahinya hanya sesasat.
Karena lupa.
Hambali
Melakukan berhubungan intim.
a)      Makan dengan sengaja.
b)      Minum obat dengan sengaja (seperti cairan infuse yang masuk ke tubuh).muntah dengan sengaja.
c)      Orang yang memantik bekam tanpa mengeluarkan darah.
a)      Melakukan bekam sampai mengeluarkan darah.
b)      Mimisan dan muntah-muntah.
Safi’i
Melakukan berhubungan intim.[9]
a)      Makan dengan sengaja.
b)      Merokok.
c)      Membersihkan telinga.
d)     Berkumur dan menghisap air ke hidung.
e)      Muntah dengan sengaja.[10]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Konsep Puasa
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum serta melakukan hubungan intim bagi suami dan istri.  Adapun point-point penting yang dibahas ialah, pengertian puasa, syarat wajib puasa, syarat sah puasa rukun puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa.  Dengan adanya puasa ini sebagai patokan kita untuk beribadah kepada Allah, dan dengan adanya point-point diatas sebagai penunjuk arah agar ibadah kita terukur atau terarah.
2.      Perbandingan madzhab dalam masalah puasa, dalam hal ini banyak perbedaan pendapat antara emapat mazhab diantaranya ialah mazhab Maliki, mazhab Hanafi, mazhab Hambali dan mazhab Safi’i.  Dengan adanya empat mazhab ini mempermudah umat Muslim khususnya untuk melakukan ibadah puasa yang terdiri dari beberapa point diatas.
B.     Saran
Demikian pembahasan dari makalh kami.  Kami berharap semoga pembahasan dalam makalah kami ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.  Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya.  Sekian dan trimakasih.






DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Allamah, Syaikh Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat
Mazhab Cetakan ke-18. Bandung: Hasyimi. 2015.
Al Jaziri, Abdurahman. A Fiqh ‘Alal Madzahibil Arba’ah Cetakan Pertama.
Semarang: CV. Asy Syifa’, 1994.
Labib Mz. Problematika Puasa, Zakat, Haji dan Umrah. Surabaya: Putra Jaya. 
2007.
Pamungkas, M. Imam Dan Surahman, Maman. Fiqh Empat Madzhab. Jakarta: Al-
Makmur.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam Cetakan ke-65. (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2014.
Sunarto, Ahmad. Fat-hul Qorib Jilid 1. Surabaya: Al-Hidayah. 1991.




[1] Ahmad Sunarto, Fat-hul Qorib Jilid 1, (Surabaya: Al-Hidayah, 1991), 274
[2] Labib Mz, Problematika Puasa, Zakat, Haji dan Umrah, (Surabaya: Putra Jaya, 2007), 8
[3] Labib Mz, Problematika Puasa, Zakat, Haji dan Umrah, (Surabaya: Putra Jaya, 2007), 8.
[4] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Cetakan ke-65 , (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), 230.
[5] Abdurahman Al Jaziri, A Fiqh ‘Alal Madzahibil Arba’ah Cetakan Pertama, (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1994), 393
[6] Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mazhab Cetakan ke-18, (Bandung: Hasyimi, 2015), 150.
[7] Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Madzhab,  (Bandung: Hasyimi, 2015), 150.
[8] Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Madzhab,  (Bandung: Hasyimi, 2015), 393-394.

[9] M. Imam Pamungkas, M.Ag Dan H Maman Surahman,Lc,M.Ag, Fiqh Empat Madzhab, (Jakarta: Al-Makmur),
[10] Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Madzhab,  (Bandung: Hasyimi, 2015), 409.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORM KAJIAN ILMIAH DAN DISKUSI Tanggal           : Rabu, 26 April 2017 Tempat            : Rest Area Jubung (Café Kahyangan) Jenis Ka...