Senin, 27 Maret 2017

Laporan Observasi Pengembangan Quran Hadist



             PENGEMBANGAN METODE QUR’AN HADIST DI MADRASAH ALIYAH WAHID HASYIM BALUNG JEMBER JAWA TIMUR

LAPORAN OBSERVASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadist yang dibimbing oleh Dr. H. Arbain Nurdin, M.Pd.I
 

                                            





Disusun Oleh Kelompok 7 :
1.      Miftakhul Jannah              (084141397)
2.      Ria Siti Rahayu                 (084141398)
3.      Moh. Yusri                        (084141400)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
Oktokber, 2016




             MOTTO

من سلك طريقا يطلب فيه علم سهل الله به طريقا من طرق الجنة

Artinya: Rasulullah Bersabda: “Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga. {H. R. Ibnu Majjah & Abu Dawud}








KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Asslamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pengembangan Metode Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim Balung Jember Jawa Timur”.
 Semoga kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang jelas membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Saya ucapkan syukur “Alhamdulillahirobbil alamin” berkat kehendak Allah observasi kami bisa terselesaikan.
2.      Dr. H. Arbain Nurdin., M.Pd.I selaku dosem pengampu mata kuliah Pengembangan Materi Qur’an Hadist di kampus IAIN Jember.
3.      Semua teman-teman kelas A9 IAIN Jember yang telah menjadi penyemangat saya untuk membuat makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulis makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahanya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan bisa diperbaiki.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
                                                                                    Jember, 05 Oktokber 2016
Penulis





DAFTAR ISI
JUDULi
MOTTOii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIiv
DAFTAR LAMPIRANvi
BAB   1  PENDAHULUAN1
A.    Latar Belakang Masalah1
B.     Rumusan Masalah2
C.     Tujuan Laporan2
D.    Kegunaan Laporan3
BAB   II TINJAUAN PUSTAKA4
A.    Problematika Pendidikan Agama Islam di Madrasah4
B.     Karakteristik Peserta Didik di Madrasah7
C.     Metode Pembelajaran11
BAB  III METODOLOGI LAPORAN13
A.    Lokasi Observasi13
B.     Jenis dan Desain Laporan Observasi13
C.     Teknik Pengumpulan Data15
D.    Instrumen17
BAB  IV PEMBAHASAN19
A.    Problematika pendidikan agama Islam di Madrasah19
B.     Karakteristik peserta didik di MA Wahid Hasyim21
C.     Metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim23
BAB  V  PENUTUP25
A.    Kesimpulan25
B.     Saran24
DAFTAR RUJUKAN26
LAMPIRAN27




DAFTAR LAMPIRAN
A.    Draf Pertanyaan
1.      Untuk Guru27
2.      Untuk Siswa29
B.     Dokumentasi (Foto)
1.      Gambar 05: Memberikan Surat Observasi kepada Bpk. Suhi31
2.      Gambar 06: Kondisi Lingkungan Sekolah31
3.      Gambar 07: Visi dan Misi MA Wahid Hasyim32
4.      Gambar 08 & 09: Kondisi Di luar Kelas32
5.      Gambar 10 & 11: Wawancara dengan salah satu guru Qurdis (Bpk. Musyafak)33
6.      Gambar 12: Wawancara dengan Siswa MA Wahid Hasyim33
7.      Gambar 13: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Bpk Suhi yang telah Mengizinkan Kelompok kami observasi di MA Wahid Hasyim34
8.      Gambar 14: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Bpk Musyafak selaku guru Qur’an Hadis di MA Wahid Hasyim34
9.      Gambar 15: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Adik-adik (Kholiq, Aida, Nafila dan Umar) yang bersedia kami wawancara35
10.  Gambar 16: Peta MA Wahid Hasyim Balung Jember35

BAB I
PENDAHULUAN
E.     Latar Belakang Masalah
Problematika adalah: (1)suatu persoalan yang muncul untuk penelitian, pertimbangan atau pemecahan (2)sumber kebingungan atau kesulitan (3)kesangsian yang mengganggu atau rumit (4)kesulitan yang perlu dipecahkan atau di pastikan[1]sementara menurut kamus ilmiah popular, problematika adalah soal, masalah, perkara sulit, persoalan, problematika adalah berbagai problem.
Masalah pendidikan madrasah merupakan masalah yang beragam dan saling terkait antara satu bagian dengan bagian lainnya.  Adapun masalah pendidikan di madrasah, secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 1) Bersifat eksternal, diantanya ialah: Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan. 2) Bersifat internal diantaranya yaitu: Manajemen kelembagaan, Tenaga kependidikan, Kurikulum, Strategi pembelajaran, Kualitas lulusan, dan Dana.[2]
Metode adalah cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar.  Dengan tujuan mempermudah dalam pemahaman peserta didik di sekolah serta macam-macam metode memberikan kemudahan bagi guru untuk memberikan pembelajaran yang semaksimal mungkin.  Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga kegiatan belajar (instructional activities) dapat berlangsung secara efisien dan efektif dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar yang diharapkan.
Dalam penggunaan metode juga bisa diterapkan dalam pembelajaran materi Al-Qur’an dan Al-Hadist di sekolah.  Materi yang di sampaikan oleh guru kepada peserta didik biasanya menggunakan metode yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum memulai mengajar.
Ketika dalam kelas seorang guru harus bisa melihat karakter dari peserta didik, yang nantinya akan dievaluasi untuk proses pembelajarannya.  Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan karakter yang muncul pada dirinya.
Dalam mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim ini sudah tergolong mata pelajaran wajib yang mana setiap harinya para siswa siswi menerapakannya dengan membaca Al-Qur’an dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diterangkan oleh guru mereka.
Proses pembelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim ini yang menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab,[3] membuat siswa siswi lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta memberikan stimulus yang positif bagi siswa siswi yang belum memahami materi Qur’an Hadist.
Dengan demikian kelompok kami akan membahas Problematika Pendidikan Agama Islam di Madrasah, Karakteristik Peserta Didik di MA Wahid Hasyim, dan Metode yang digunakan guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim.

F.     Rumusan Masalah
D.    Apa problematika pendidikan agama Islam di Madrasah?
E.     Bagaimana karakteristik peserta didik di MA Wahid Hasyim?
F.      Metode apa yang digunakan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim?

G.    Tujuan Laporan
1.      Untuk mengetahui problematika pendidikan agama Islam di Madrasah.
2.      Untuk mengetahui karakteristik peserta didik di MA Wahid Hasyim.
3.      Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim.




H.    Kegunaan Laporan
Hasil observasi ini diharapkan dapat berguna bagi:
1.      Bagi Dosen
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan penggunaan metode pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik serta dosen dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan interaktif.
2.      Bagi Mahasiswa IAIN Jember
Dengan adanya observasi tentang metode yang digunakan dalam mata pelajaran Qur’an Hadist diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menilai dosen yang mengajar.
3.      Bagi Penulis
Observasi ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan dalam membuat karya tulis, meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Problematika Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Sebelum membahas tentang pendidikan dan problematika yang terjadi di Madrasah alangkah lebih baiknya membahas apa itu problematika?  Problematika berasal dari kata problem yang berasal dari kata Yunani dan bahasa lain yaitu problema, soal, masalah, problem.  Problematika adalah: (1)suatu persoalan yang muncul untuk penelitian, pertimbangan atau pemecahan (2)sumber kebingungan atau kesulitan (3)kesangsian yang mengganggu atau rumit (4)kesulitan yang perlu dipecahkan atau di pastikan[4]sementara menurut kamus ilmiah popular, problematika adalah soal, masalah, perkara sulit, persoalan, problematika adalah berbagai problem. 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Problematika” mempunyai arti “masih menimbulkan masalah, masih belum dapat di pecahkan.”[5]  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan problematika dalam penelitian ini adalah suatu masalah yang memerlukan masalah tersebut atau jalan keluar.
Secara substansi guru PAI harus memiliki konstruksi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktekkan al-akhlakul karimah dan adab islam dalam kehdupan sehari-hari sebagai manifikasi dari keimanannya kepada Allah, malaikatnya, rasul-rasulnya, kitab-kitabnya, hari akhir qada dan qadar, serta pemahaman serta penghayatan terhadap yang telah di syariatkan oleh Allah swt.  Dengan menunjukkan cirri-ciri tanda-tanda prilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengalaman akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.  Akhlak al-karimah ini sangat penting untuk di praktekkan dan di biasakan sejak dini oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.[6]
Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik atau pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien.[7]
Masalah pendidikan madrasah merupakan masalah yang beragam dan saling terkait antara satu bagian dengan bagian lainnya.  Adapun masalah pendidikan di madrasah, secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1.      Bersifat eksternal
Masalah-masalah eksternal diantaranya yaitu:
a)      Politik
Masalah politik yang terus melanda bangsa ini akan semakain member permasalahan pada sistem pendidikan di Indonesia. 
b)      Ekonomi
Krisis ekonomi yang tidak kunjung selesai, telah memukul sendi-sendi kehidupan, termasuk pendidikan madrasah.  Banyak anak usia sekolah terpaksa tidak dapat menikmati pendidikan yang seharusnya menjadi haknya.  Kelangkaan dan keterbatasan dana pemerintah dalam pendidikan mengakibatkan terhambatnya kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
c)      Sosial
Masalah sosial seperti, pencurian, perkosaan, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, tawuran pelajar, banyaknya beredar video porno, seks bebas di kalangan remaja, membawa dampak buruk pada dunia pendidikan.  Pendidikan akhirnya tidak steril dari persoalan sosial yang terjadi di sekitarnya.  Masalah sosial ini akhirnya merusak mental anak didik, dan pada akhirnya dapat menggagalkan tujuan pendidikan itu sendiri.[8]
d)     Budaya
Akibat modernisasi yang sedemikian keras dan cenderung tanpa kendali adalah persoalan yang serius.  Pendidikan yang selama ini telah gagal menjadi filter pengaruh budaya asing yang negative.  Kemajuan ilmu, teknologi, dan seni tidak diimbangi dengan kebudayaan dan peradaban yang pantas dan berkualitas, sehingga ilmu dan teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.  Hal ini dapat kita rasakan dengan adanya krisis moral yang sedang melanda bangsa ini.
e)      Pertahanan
f)       Keamanan
2.      Bersifat internal
Masalah-masalah internal diantaranya yaitu:
a)      Manajemen kelembagaan
Dalam bidang manajemen kelembagaan, Nampak bahwa, madrasah belum ditangani sevara professional.  Manajemen modern sepertinya masih belum dipahami secara rigit, sehingga proses dan produk pendidikan dan pembelajaran madrasah belum menampakkan hasil yang memuaskan. 
b)      Tenaga kependidikan
Persoalan tenaga kependidikan, pada madrasah negeri maupun swasta belum begitu menggembirakan.  Sebagian besar guru madrasah berasal dari IAIN/STAIN/PTAIS.  Padahal mata pelajaran pada madrasah banyak yang bersifat umum.  Akibatnya para guru mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan.
c)      Kurikulum
Persoalan kurikulum nasional “lebih diorientasikan kepada kuantitas dari pada kualitas” pada semua tingkatan madrasah.  Beban pelajaran yang harus diikuti oleh siswa terasa berat, karena demikian banyak jumlahny, namun kesesuaian kebutuhan kepada pelajaran kurang endapat prioritas masyarakat.
d)     Strategi pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, strategi pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak pada “model warisan” ketimbang problem solving,sehingga siswa lebih banyak meniru ketimbang melahirkan ide baru.[9]

e)      Kualitas lulusan
Mengenai lulusan madrasah juga belum bisa dibanggakan, baik mengenai intelektual maupun spiritualnya.  Dari segi intelektual, banyak lulusan madrasah yang prestasinya jauh di bawah sekolah umum.
f)       Dana
Anggaran pendidikan di madrasah sangat terbatas.  Masalah anggaran ini penting, karena kualitas pendidikan juga banyak tergantung pada adanya sumber dana yang memadai.  Kondisi ini jelas sangat merugikan bagi mobilitas kerja madrasah.[10]

B.     Karakteristik Peserta Didik di Madrasah Aliyah
Dalam proses pendidikan, peserta didik  merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral.  Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan.  Karakteristik setiap peserta didik satu dengan peserta didik lainnya pastinya berbeda-beda.  Adapun pembagian karakteristik peserta didik, diantaranya ialah:
1.      Karakteristik umum perkembangan peserta didik
Masa remaja (12-21) tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.  Masa remaja sering dikenal dengan masa kehidupan orang dewasa.  Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity).  Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
a.       Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
b.      Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
c.       Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif
d.      Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
e.       Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya
f.       Mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak
g.      Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga Negara
h.      Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
i.        Memperoleh seperangkat nilaidan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku
j.        Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
2.      Karakteristik individu
Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya.  Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
b.      Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosio-kultural.
c.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan kepribadian, seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Pemahaman tentang karakteristik individu peserta didik dalam interaksi belajar-mengajar.  Bagi seorang guru khususnya, informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukkan pola-pola pengajaran yang lebih atau yang lebih tepat, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik.[11]
3.      Karakteristik perkembangan fisik pesera didik
Bagi sebagian besar anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak.dengan masuknya anak kesekolah dasar akan membawa akibat kepada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap,nilai,dan perilaku.
Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini merupakan periode perubahan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual pada saat pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “periode tenang”, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
4.      Karakteristik perkembangan kognitif pesera didik
Ø  Remaja (smp dan sma)
Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Remaja ditahap operasional formal dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan mebuat rencana untuk masa depan. Mereka sudah mampu berfikir secara sistematik, mampu berfikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi. Mereka memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalahan.
Akan tetapi, anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan masalah dengan membuat perencanaan kegiatan terlebih dahulu dan berusaha mengantisipasi bebrbagai macam informasi yang akan diperlukannya untuk memecahkan masalah tersebut.[12]
5.      Karakteristik pemikiran kritis
Pierce and associates (dalam dacey & kenny, 1997),menyebutkan beberapa karakteristik yang diperlukan dalam pemikiran kritis atau membuat pertimbangan yaitu: (1) kemampuan untuk menarik kesimpulan dari pengamatan; (2) kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi; (3) kemampuan untuk berfikir secara deduktif; (4) kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis; dan (5) kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang kuat. 
6.      Karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA)
Ketika anak-anak memasuki masa remaja konsep diri mereka mengalami perkembangan yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah aspek dalam diri mereka. Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu:
a.       Abstract dan idealistic
b.      Differentiated
c.       Contradiction within the self
d.      The fluctiating self
e.       Real and ideal, true and false selves
f.       Social comparison
g.      Self-coscious
h.      Self-protective
i.        Uncosious
j.        Self-integration
7.      Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebaya
Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker dan Wright (dalam santrock, 1995) mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
8.      Karakteristik perkembangan spiritual remaja
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.[13]
Oleh sebab itu, meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orangtua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.

C.    Metode Pembelajaran
(1)    Metode Ceramah
Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa atau peserta didik, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu peraga. Metode ini bersifat terpusat, sehingga menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari pengajar kepada peserta didik, sementara proses belajar yang baik adalah adanya interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga terjadi proses belajar yang efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan baik.
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak dipakai oleh peserta didik. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal menyajikannya di depan kelas. Murid-murid memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat catatan.
(2)   Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif.
(3)   Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan-pertanyaa.
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dimana guru bertanya dan murid-murid menjawab bahan materi yang diperolehnya. Metode ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik, bisa dalam bentuk pendidik bertanya dan peserta didik menjawab atau dengan sebaliknya. Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun peserta didik.[14]





BAB III
METODOLOGI LAPORAN
E.     Lokasi Observasi
1.      Identitas Sekolah
Nama Sekolah                               : MA Wahid Hasyim Balung Jember
Status Sekolah                              : Yayasan
2.      Pelaksanaan Observasi
Tempat                                          : MA Wahid Hasyim Balung Jember
Alamat                                          : Jl. Puger No. 20, Balung, Balung Lor,
  Jember. Kab. Jember-Jatim 68161
Telephon                                       : (0336) 622102
Hari ,Tanggal                                : Sabtu, 17 - 24 September 2016
Waktu                                           : 08.00 WIB – Selesai
Mata Pelajaran                              : Qur’an Hadist
3.      Identitas Guru
Nama                                             : Musyafak Ainul Yaqin
                                                     
F.     Jenis dan Desain Laporan Observasi
Masalah tentang penggunaan teknik-teknik observasi tergantung sekali kepada situasi di mana observasi diadakan.  Kita akan membicarakan tiga jenis teknik pokok dalam obsrvasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.      Obervasi partisipan-observasi nonpartisipan
Obervasi partisipan pada umumnya digunakan orang untuk riset yang sifatnya eksploratif.  Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa.  Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (disebut observer) turut ambil bagian dalam perkehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (disebut observee).  Kata partisipan mempunyai arti yang penuh jika observer betul-betul turut partisipasi, bukan hanya pura-pura semata-mata.[15]  Observasi dengan partisipasi pura-pura disebut quasi participant observation.  Jika unsure partisipasi sama sekali tidak terdapat di dalamnya observasi itu disebut nonpartisipant observation
2.      Obervasi sistematik-obervasi nonsistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau observasi terstruktur.  Ciri pokok dari observasi ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.  Contoh  kerangka materi observasi diantaranya, yaitu:
a.       Materi observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih terbatas.  Sebagai alat untuk penyelidikan deskriptif, observasi ini berlandasan pada peerumusan-peerumusan yang lebih khusus. 
b.      Cara-cara pencatatan
Cara-cara mencatat pada obsevasi sistematis memberikan perbedaan yang lebih mencolok dengan observasi partisipan.  Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respon-respon, atau reaksi-reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula.  Kadang-kadang observasi sistematis menggunakan beberapa macam alat pencatat mekanik seperti film, alat pemotret, tape recorder, dan semacamnya.  Keunggulan dari alat-alat semacam itu sudah tentu dapat diputar kembali tiap-tiap waktu dibutuhkan untuk menganalisi lebih lanjut.  
c.       Hubungan antara observer dan observe
Dalam observasi sistematis, hubungan antara observer dan observe menyajikan suatu persoalan yang pelik.  Jika tidak dilakukan dibelakang “one way screen”.  Observasi jenis ini menimbulkan masalah yang sama dengan partisipan untuk mengusahakan hubungan yang baik.  Pertama-tama situasinya harus disiapkan sedmikian rupa sehingga para observes tidak keberatan menerima observer. 
3.      Obervasi eksperimental-Obervasi noneksperimental
Dalam observasi partrisipan, penyelidik tidak dapat bertindak untuk mengendalikan jalannya situasi.  Baik sebagai partisipan, maupun sebagai observer.  Sebagai partisipan, penyelidik turut dalam arus dinamika dan perkembangan situasi, dan sebagai “peninjau” dia berdiri di luar dinamika dan perkembangan itu.  Adapun cirri-ciri observasi eksperimental adalah sebagai berikut:
a.       Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observe.
b.      Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observe.
c.       Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observe tidak mengetahui maksud yang sebenarnya daripada observasi.
d.      Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observe mengadakan aksi-reaksi, bukan hanya semata-mata jumlah aksi-reaksi.
Observasi eksperimental tidak memerlukan observer sebanyak observasi sistematik dalam keadaan yang wajar.  Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observe telah dikontrol secermat mungkin sehingga tinggal satu dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku.  Observasi eksperimental dipandang orang sebagai cara penyelidikan yang relatifmurni untuk menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia.[16]
G.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.  Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.  Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.  Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada satu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. 
Adapun macam-macam teknik pengumpulan data adalah, sebagai berikut:
1.      Observasi
Adapun macam-macam observasi ialah:
a.       Observasi partisipan, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.  Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat diantara yaitu:
(1)   Partisipasi pasif, peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
(2)   Partisipasi moderat, terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.  Peneliti dalam pengumpulan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
(3)   Partisipasi aktif, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
(4)   Partisipasi lengkap, dalam pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.  Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian.[17]
b.      Observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.  Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampaiakhir tentang aktivitas peneliti.
c.       Observasi tak berstruktur, observasi yang dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas.  Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
2.      Wawancara, adapun macam-macam wawancara diantaranya yaitu:
a.       Wawancara terstruktur, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
b.      Wawancara semiterstruktur, pelaksanaan dalam wawancara ini lebih bebas yang mana tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
c.       Wawancara tak berstruktur, wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. 
3.      Dokumentasi, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. 
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.[18]

H.    Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.  Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.  Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.  Jadi seorang peneliti adalah merupakan instrument kunci dalam penelitian kualitatif.  Adapun ciri-ciri instrument penelitian sebagai berikut:
1.      Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2.      Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3.      Tiap situasi meerupakan keseluruhan.  Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4.      Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata.  Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.[19]
Adapun instrumen yang digunakan oleh kelompok kami ialah menggunakan HP Evercross A7T sebagai alat untuk recorder, dan HP Samsung J1ACE untuk foto.






BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Problematika Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid merupakan salah satu mata pelajaran yang menerangkan tentang ayat-ayat Al-Qur’an dan kumpulan beberapa hadist.  Didalamnya terdapat nilai yang bisa diambil oleh siswa.  Mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim dilaksanakan setiap dua jam sekali dalam satu minggu. 
Adapun guru yang mengajar di MA Wahid Hasyim yaitu Bapak Musyafak Ainul Yaqin, Bapak  Musyafak adalah guru MA Wahid Hasyim yang terbilang masih baru (awal masuk tahun ajaran baru 2016).  Adapun jadwal beliau mengajar di MA Wahid Hasyim yaitu:
a)      Senin   : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPA 2
b)      Selasa  : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPA 1
c)      Jumat   : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPS 1 dan
  XII IPS 2
d)     Sabtu   : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII ICP
Problematika dalam proses belajar mengajar pasti ada.  Di MA Wahid Hasyim ini bisa dirasakan tentu saja ada kekurangan kelas sehingga proses belajar mengajar kurang maksimal.  Seperti contoh, di kelas ICP itu adalah ruangan laboratorium yang digunakan untuk proses belajar mengajar.  Sedangkan kondisi ruangan sempit dan kurang maksimal dalam proses pembelajaran.  Sejauh ini guru Qur’an Hadist belum melakukan tindakan dengan adanya ruangan kelas yang kurang.  Dan belum berfikir untuk pengoptimalan proses belajar di luar kelas (outdoor).  Bapak Musyafak selaku guru Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim yang tergolong baru (awal masuk tahun ajaran baru 2016) sebenarnya beliau bukan asli dari lulusan PAI tetapi dari lulusan Syariah, maka dari itu beliau juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi kelas, sekolah serta belajar kembali tentang materi-materi Qur’an Hadist.






        

Gambar  01: Situasi kelas diruang ICP saat mata pelajaran Qur’an Hadist.
Dalam mengajarkan materi pelajaran Qur’an Hadist tidak semudah yang kita bayangkan, seorang guru harus bisa mengolah kelas dengan kondusif dan bisa senyaman mungkin.  Agar siswa yang ada didalam kelas bisa menyerap pelajaran dengan mudah.  Tetapi, karakter siswa yang ada didalam kelas ini berbeda-beda, guru juga harus bisa melihat secara psikolog bagaimana kepribadian siswa tersebut. Dengan adanya siswa yang memiliki berbagai karakter guru dituntut untuk bisa sabar dan mengajarkan materi yang bisa diterima oleh semua siswa.  Tidak hanya terpacu pada satu siswa.
Siswa adalah salah satu murid di MA Wahid Hasyim yang perlu kita didik dan di ajarkan tentang nilai-nilai agama terutama pada akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.  Kelemahan siswa biasanya itu menghafal yang membuat guru juga harus bisa sabar mengajarkan materi kepada siswa. 
03
02
                     
Gambar 02 dan 03: Siswa menghafal sebuah ayat di LKS
Dari hasil analisi kami, bapak Musyafak Ainul Yaqin selaku guru Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim belum bisa menguasai materi Qur’an Hadist dengan maksimal.  Karena beliau lulusan dari Syari’ah bukan dari keguruan (Tarbiyah), jadi untuk mengajar beliau harus belajar lagi tentang materi-materi yang akan disampaikan kepada siswa.  Apalagi fasilitas yang kurang mendukung seperti ruangan kelas di XII ICP yang sempit, yang enyebabkan suasana kelas kurang kondusif. 
Seharusnya guru yang mengajar di kelas sudah tahu materi apa yang sudah disampaikan serta mengerti betul tentang materi tersebut bukan hanya asal-asalan ketika mengajar.  Apalagi jika seorang guru mengajar di madrasah dengan perantara orang dalam untuk memasukannya menjadi guru tanpa di lihat terlebih dahulu dari lulusan mana.  Inilah yang menyebabkan problem dalam madrasah tidak akan pernah ada habisnya.
Ditambah lagi dengan kelas yang sempit dengan jumlah siswa yang lumayan banyak akan menyebabkan kurang mkasimalnya belajar siswa.  Dengan begitu madrasah seharusnya memfasilitasi kegiatan belajar mengajar siswa dengan maksimal agar madrasah dipandang oleh orang luaran sana menjadi lembaga yang bisa dipercaya dan bisa menciptakan lulusan yang terbaik.
B.     Karakteristik Peserta Didik di MA Wahid Hasyim
Di MA Wahid Hasyim khususnya di kelas XII ICP siswanya cenderung aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa dikelas XII ICP mereka tidak sungkan bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami.  Bahkan mereka berfikir kritis tentang materi yang diajarkan oleh guru seperti contoh  missal tentang sabar dan dari jawaban anak-anak digabungkan dan biasanya guru sengaja memberikan definisi salah tentang sabar yang nantinya ada siswa yang menyalahkan. Dari situ sudah ketemu dapat memancing anak untuk bertanya. Dan juga biasanya guru menananyakan tentang kesulitannya baru setelah itu anak menceritakan kesuliatan dalam belajar qur’an hadist.
Adapun siswa kelas X ketika di dalam kelas rame sendiri terus susah diatur, apalagi mereka masih terbawa  karakter di MTs-nya, siswa di kelas X memiliki karakter fisik yaitu dengan bertambahnya usia maka pola pikirnya juga akan bertambah pula tetapi berbeda dengan siswa kelas X di MA Wahid Hasyim yang cenderung masih seperti anak MTs mungkin karena masih terbawa dengan usia yang masih labil.
Siswa di MA Wahid Hasyim menerapkan shalat dhuhur berjamaah dan siswa tidak boleh pulang sebelum selesai shalat berjamaah.  Dari sini dapat kami ketahui bahwa karakter siswa di MA Wahid Hasyim memiliki karakteristik spiritual keagamaan karena sudah bisa menerapkan akan keyakinan agama mereka.  Dan keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Bapak Musyafak yang selaku guru Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim juga menerapkan kejujuran dan akhlak dalam proses belajar seperti contohnya, dalam ulangan harian saya memberikan penilaian tidak hanya memberikan penilaian itu secara cuma-cuma tapi disini dengan proses yaitu dengan melihat anak ini ketika ulangan open book nilainya baik dan ketika tidak open book nilainya jelek seperti halnya walaupun siswa tersebut jawabannya benar semua ketika ulangan harian tapi hasil dari open book maka akan saya nilai jelek( tadinya yang mendapat nilai 10 menjadi nilai 28). Dari situ guru mengetahui akhlak dari siswa yang guru ajar Qur’an Hadist.
Dari hasil analisis kami, untuk masalah karakter siswa guru seharusnya harus bisa mengenali diri siswa walaupun tidak di tanya satu persatu tapi setidaknya mengetahui apa yang sedang siswa butuhkan dalam belajar Qur’an Hadist khususnya.
Apakah kebutuhan itu dari bujku atau alat yang belum siswa dapatkan.  Guru disini juga harus bisa menjadi motivator bagi siswa untuk mendorong belajar siswa serta menambah wawasan siswa tentang Qur’an Hadist.  Guru dituntut untuk bisa memahami karakter siswa yang dimilikinya berbeda-beda dan harus mengetahui cara menanganinya dengan benar tanpa ada yang dirugikan sedikitpun.

C.    Metode yang digunakan oleh Guru Mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim
Dalam guru mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim menggunakan caranya sendiri-sendiri.  Tergantung dari guru tersebut untuk mengguanakan metode apa yang digunakan.  Tapi dalam proses belajar Qur’an Hadist yang disampaikan oleh bapak Musyafak menggunakan beberapa metode.  Adapun metode yang di gunakan dalam pembelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim, yaitu:
1.      Metode ceramah
2.      Metode diskusi
3.      Metode tanyajawab



             
Gambar 04 : Kegiatan Belajar dan Mengajar di ruang  ICP
Dari ketiga metode diatas dianggap sudah efektif karena dengan adanya metode di MA Wahid Hayim yaitu ceramah, diskusi, dan tanyajawab diharapkan siswa dapat berpartisipasi langsung dalam proses pembelajarannya.  Dan diharapkan siswa mampu menguasai materi yang sudah diajarkan oleh guru.
Dengan demikian terdapat keaktifan dalam diri siswa itu sendiri.  Siswa mampu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak diketahuinya serta adanya timbal balik dari guru yang menyampaikan materi Qur’an Hadist. 
Adapun implementasi metode yang digunakan guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim ialah: 
Dalam mengimplementasikan mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim sejauh ini guru Qur’an Hadist terutama Bapak Musyafak belum melakukan implementasi untuk siswa, tapi beliau menerapkan penalaran pada siswa untuk keaktifan dalam proses pembelajaran Qur’an Hadist di kelas.  Untuk siswa yang masih belum mengetahui materi yang diterangkan oleh guru,  nantinya akan diingatkan kembali tentang materi yang sudah diajarkan oleh guru Qur’an Hadist.  Dengan demikian siswa mampu mengingat materi yang guru telah ajarkan di kelas dan siswa mampu menyerap semua yang guru terangkan di kelas.  Disini proses pembelajarannya juga tidak terpacu didalam kelas saja, tapi bisa memberi materi ketika siswa bertemu dengan guru yang bersangkutan untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
Tapi menurut kami tidak benar adanya jika di MA Wahid Hasyim belum menerapkan metode diskusi, ceramah dan tanyajawab. 
Sejauh kami observasi langsung di lapangan (di kelas) bapak musyafak sudah menerapkan tiga metode di atas, yaitu metode ceramah, diskusi dan tanyajawab.  Penerapan metode tanyajawab menurut kami sudah berjalan dengan lancar seperti siswa dipancing terlebih dahulu untuk bisa menjawab pengertian sabar itu apa, bagaimana sabar bisa diterapkan?  Dari jawaban siswa nantinya akan digabungkan menjadi satu.  Dan biasanya guru memberikan definisi salah agar siswa nantinya bisa menyalahkan dan siswa berfikir kritis agar dapat menyimpulkan hasil dari pengertian sabar.
Dari hasil analisis kami, seharusnya metode yang diterapkan tidak hanya metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab.  Tapi ada prktek di lapangan, agar mengetahui langsung kecerdasan siswa untuk mengukur sejauh mana materi yang diterapkan sudah berhasil atau belum.
Dengan diterapkan tiga metode menurut kami belum maksimal dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya materi Qur’an Hadist.  Jika guru selalu menggunakan metode ceramah, siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan guru menerangkan.  Bahkan ada yang ngantuk karena merasa bosan didalam kelas.  Jika ingin menggunakan metode ceramah seharusnya guru sudah mempunyai bekal untuk mengajar setidaknya menggunakan bercandaan yang masuk akal agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Problematika pendidikan agama Islam di Madrasah adalah Bersifat eksternal, diantanya ialah: Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan. 2) Bersifat internal diantaranya yaitu: Manajemen kelembagaan, Tenaga kependidikan, Kurikulum, Strategi pembelajaran, Kualitas lulusan, dan Dana. Dan masalah yang dihadapi di kelas XII ICP adalah ruangan yang sempit serta kurangnya kelas dalam proses belajar mengajar.
2.      Karakteristik peserta didik di MA Wahid Hasyim adalah Karakteristik umum perkembangan peserta didik, Karakteristik individu, Karakteristik perkembangan fisik pesera didik, Karakteristik perkembangan kognitif pesera didik, Karakteristik pemikiran kritis, Karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA), Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebaya, Karakteristik perkembangan spiritual remaja.  Serta adanya perbedaan sifat diantara peserta didik yang memberikan keanekaragaman dalam guru mengajar.  Dan guru setidaknya bisa mengajar dikelas dengan nyaman dan kondusif agar perbedaan karakter diantara siswa bisa teratasi.
3.      Metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadist di MA Wahid Hasyim adalah metode ceramha, metode diskusi, dan metode Tanya jawab.
B.     Kritik dan Saran
Demikian pembahasan dari observasi kami.  Kami berharap semoga pembahasan dalam observasi kami ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.  Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya.  Sekian dan trimakasih.




DAFTAR RUJUKAN
Ali, Hasmiyati Gani. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press
Group.
Departemen Pendidikan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. Jakarta:
Balai Pustaka.
Derektorat pendidikan Islam Kementrian Agama RI. Rencana Pelaksanaan
(RPP)Mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Hadi, Sutrisno. 2015. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamaruddin, Yooke Tjuparmah. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Bumi Aksa
Mamimun, Agus & Zaenul Fitri, Agus. 2010. Madrasah Unggulan. Malang:
UIN Maliki Press.
Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,cv.
Suyanto & Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga
Group.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA,cv.










LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.    Draf Pertanyaan
1.      Untuk Guru
a)      Ada berapa guru mata pelajaran qurdis di MA Wahid Hasyim?
Jawab: ada 2 guru, yaitu Bapak musyafak ainul yaqin dan Ibu
mahmudah
b)      Bagaimana pembagian guru qurdis mengajar di kelas-kelas?
Jawab: untuk Bapak musyafak jadwal mengajar yaitu:
Ø  Senin     : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPA 2
Ø  Selasa    : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPA 1
Ø  Jumat    : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII IPS 1 dan  XII IPS 2
Ø  Sabtu    : Mengajar mata pelajaran Qur’an Hadist di kelas XII ICP
c)      Waktu pelaksanaannya dalam satu minggu berapa kali dan berapa jam dalam satu mata pelajaran qurdis?
Jawab: dilaksanakan 2 jam dalam 1 minggu
d)     Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Jawab: metode yang digunakan ada 3. Metode ceramah,diskusi, dan Tanya jawab
e)      Mengapa menggunakan metode tersebut apakah? Kenapa tidak mencoba metode lain?
Jawab: untuk saat ini saya masih menggunakan metode tersebut daiatas. Karena menurut saya sudah sangat efektif digunakan dan saya belum mencoba metode lain, Karena kurangnya alat.
f)       Sudah maksimal belum menggunakan metode tersebut.
Jawab: menurut saya sudah maksimal menggunakan metode tersebut.
g)      Dalam proses belajar materi qurdis apa hanya di dalam kelas atau di luar kelas.
Jawab: untuk saat ini saya belum bisa menerapkan proses belajar mengajar diluar kelas dan saya masih mengajar di dalam kelas saja.
h)      Bagaimana implementasi (penerapan) mata pembelajaraan qurdis di sekolah ini?
Jawab: untuk saat ini saya menerapkan kejujuran dan akhlak dalam proses belajar seperti contohnya, dalam ulangan harian saya memberikan penilaian tidak hanya memberikan penilaian itu secara Cuma-Cuma tapi disini dengan proses yaitu dengan melihat anak ini ketika ulangan open book nilainya baik dan ketika tidak open book nilainya jelek seperti halnya walaupun anak tersebut jawabannya benar semua ketika ulangan harian tapi hasil dari open book maka akan saya nilai jelek( tadinya yang mendapat nilai 10 menjadi nilai 28). Nah dari situ saya mengetahui akhlak dari siswa saya.
i)        Apakah bapak menjumpai siswa yang kesulitan saat dalam proses pelajaran qurdis khusunya?
Jawab: tentu saja ada mbak, apalagi ketika menghadapi siswa kelas X ketika di dalam kelas itu rame sendiri terus susah diatur mbak, apalagi kan mereka masih terbawa  karakter MTs-nya dan yang lebih sulitnya lagi ketika ada dalam satu kelas itu ditanya tentang pengertian sabar tidak ada yang menjawab sama sekali. Dan saya menjumpai ada 1 kelas yang lebih repotnkan lagi ada anak 1 yang tidak rame sedangkan temen sekelasnya rame itu yang membuat saya bingung, kalau mau rame ya rame sekalian 1 kelas lha ini berbeda. Dan anak-anak juga mempunyai kelemahan dalam kesulitan belajar anak-anak lemah dalam penghafalan.
j)        Bagaimana cara penanganan atau solusi untuk siswa yang kesulitan belajar qurdis?
Jawab: biasanya untuk menghadapi anak seperti itu saya memancinya dengan Tanya jawab  missal tentang sabar dan dari jawaban anak-anak digabungkan dan guru biasanya guru sengaja memberikan definisi salah tentang sabar yang nantinya ada siswa yang menyalahkan. Dari situ sudah ketemu/ dapat memancing anak untuk bertanya. Dan juga biasanya saya Tanya tentang kesulitannya baru setelah itu anak menceritakan kesuliatn dalam belajar qur’an hadist.
k)      Apakah bapak juga mengalami kendala atau kesulitan saat mendapati siswa yang tidak bisa aktif dikelas atau yang belum mengerti mata pelajaran qurdis ini?
Jawab: tentu saja saya juga mendapat kesulitan menangani anak ya seperti yang saya jelaskan diatas tadi mbak tentang pengertian sabar. Terkadang juga ada siswa yang bolos sekolah itu juga merupakan kendala bagi guru.
l)        Apakah menurut bapak siswa akan bisa menyerap materi yang bapak sampaikan dengan metode tersebut?
Jawab: untuk maslaah menyerap materi saya itu tergantung anaknya ada yang biasanya mau mendengarkan ada yang tidak.
m)    Dan apakah ada patokan khusus dalam menggunakan metode di MA Wahid Hasyim?
Jawab: patokan khusus tidak ada, itu tergantung dari gurunya yang mau menyampaikan menggunakan metode apa.
n)      Bagaimana praktek mata pelajaran qurdis ke dalam MA Wahid Hasyim ini
Jawab: kalo masalah praktek belum bisa diterapkan secara maksimal hanya penalaran saja yang sedikit diterakpan (paling saya ingatkan). Tapi mabk disini menerapkan untuk sholat dhuhur berjamaah dan anak-anak tidak boleh pulang sebelum sholat dhuhur berjamaah.
2.      Untuk Siswa
a)      Siapa guru yang mengajar mata pelajaran qurdis dikelas adik?
Jawab: Bapak musyafak ainul yaqin. Untuk bapak musyafak sendiri menerangkan materi teman-teman ada yang gak bisa nagkepnya yang mengerti semakin ngerti yang tidak mengerti semkain tidak mengerti, karena bahasanya terlalu dalam yang tidak mengerti semakin bingung juga.
b)      Suka gak di ajar ibu/bapak guru?
Jawab: ada sukanya ada enggaknya di ajar bapak musyafak soalnya guru mengajar dengan caranya sendiri kak. Dan menggunakan metode yang berbeda pula.
c)      Apakah ada sopan santun ketika masuk kelas?
Jawab: ada, yaitu kami doa dahulu sebelum guru masuk kelas dan jika ada guru yang masuk kelas semua siswa langsung berdiri tanpa diperintah. Disini kami menerapkian tradisi seperti pondok pesantren.
d)     Menurut adik mata pelajaran qurdis itu penting tidak?
Jawab: menurut kami penting bahkan sangat penting karena kita sebagai umat islam berpedoman kepada al qur’an dan hadist.
e)      Bagaimana jika kamu menjumpai teman kamu yang belum memahami qur’an hadist (tidak sopan)?
Jawab: mungkin teman saya belum memahami ilmu qur’an hadist.
f)       Kalau dikelas teman-teman memperhatikan bapak guru mengajar  dikelas tidak?
Jawab: ya gitu kak kadang ada yang memperhatikan kadang ada yang enggak, tergatung dari gurunya yang ngajar.
g)      Apa reaksi teman-teman kalau bapak guru baru tiba di kelas?
Jawab : kalo guru masuk ke kelas pasti kita langsung berdiri itu seperti tanda sopan santun kita ke guru sama seperti di pesantren.
h)      Biasanya kalau dikasih tugas sama bapak guru seperti apa? Menurut adik susah apa mudah?
Jawab : kalo tugas biasanya kita diasih tugas menghafal ayat atau hadis. Kalau dibilang susah si gak itu tergantung dari teman-temannya sendiri mau melaksanakan tugasnya atau tidak.



B.     Dokumentasi (Foto)
           
Gambar 05: Memberikan Surat Observasi kepada Bpk. Suhi

Gambar 06: Kondisi Lingkungan Sekolah
Gambar 07: Visi dan Misi MA Wahid Hasyim                   


09
08
   
Gambar 08 & 09: Kondisi Di luar Kelas



10
11
 
Gambar 10 & 11: Wawancara dengan salah satu guru Qurdis (Bpk. Musyafak)


    
Gambar 12: Wawancara dengan Siswa MA Wahid Hasyim

 
Gambar 13: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Bpk Suhi yang telah Mengizinkan Kelompok kami observasi di MA Wahid Hasyim
Gambar 14: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Bpk Musyafak selaku guru Qur’an Hadis di MA Wahid Hasyim

Gambar 15: Pemberian Tanda Terimakasih Kepada Adik-adik (Kholiq, Aida, Nafila dan Umar) yang bersedia kami wawancara

                                                      
                                    
Gambar 16: Peta MA Wahid Hasyim Balung Jember


[1] Kamaruddin, Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksa), hlm. 145
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 56
[3] Suyanto & Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga Group, 2013), hlm. 114
[4] Kamaruddin, Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksa), hlm. 145
[5] Departemen Pendidikan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 788
[6] Derektorat pendidikan Islam Kementrian Agama RI, Rencana Pelaksanaan (RPP) Mata pelajaran Aqidah Akhlak
[7] Hasmiyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press Group, 2008), hlm. 13
[8] Agus Maimun & Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 6
[9] Agus Maimun & Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan,…, hlm. 8
[10] Agus Maimun & Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan, …, hlm. 9
[11] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,…, hlm. 60
[12] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,…, hlm. 107
[13] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,…,  hlm. 282
[14] Suyanto & Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional,.., hlm. 114
[15] Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 194
[16] Sutrisno Hadi, Metodologi Riset,…., hlm. 207
[17] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,cv, 2014),
hlm. 228

[18] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,…, hlm. 233
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,…, hlm. 222

1 komentar:

  1. How to Play Baccarat - Welsh Rugby Union
    A guide to Baccarat is a 바카라 short 샌즈카지노 guide to playing Baccarat. it's the simplest of casino games, and you have to wait for you to know 바카라 exactly what

    BalasHapus

FORM KAJIAN ILMIAH DAN DISKUSI Tanggal           : Rabu, 26 April 2017 Tempat            : Rest Area Jubung (Café Kahyangan) Jenis Ka...